Aku temukan telaga sejuk di bola matamu, teduh.
Terkadang aku ingin menjadi matamu
Menikmati setiap detik yang berlalu dengan pandangan yang sama
Menghentikan siklus waktu agar malam tidak berlalu dalam gelap
Lalu mengembalikan ingatan-ingatan dulu
Agar rindu tidak pulang ke rahim masing-masing.
Penggalan puisi yang sengaja ia simpan dalam catatan pribadinya tersusun rapi, puisi tanpa awal dan tanpa akhir namun bagi Luna begitu berarti, puisi yang ditulis Jonathan di saat menyatakan cinta kepada Luna. Iya, malam itu adalah malam puncak acara camping bersama di sekolah ketika api unggun mulai dinyalakan semua anak-anak begitu antusias untuk mengisi acara hiburan. Jonathan lebih memilih untuk menepi sendiri dengan menulis puisi, kala itu, Luna yang sibuk mencari sosok lelaki pujaannya di antara teman-temannya, lalu seorang teman memberitahu kalau Luna disuruh menemui Jonathan di taman dekat jembatan. Luna langsung bergegas menuju taman dan menemukan Jonathan duduk dengan menuliskan sesuatu.
“Emh….Ada apa Jo?.” Ucap Luna sambil melangkah pelan
“Duduklah Luna, ada yang mau aku sampaikan,” Lirih Jo tanpa menengok dan terus menulis
Luna langsung duduk di samping Jonathan, degup jantungnya berpacu dengan cepat, tangannya dingin gemetar, Luna merasa nervous berada di dekat Jonathan, lelaki yang menjadi pujaannya di sekolah.
“Luna, aku menuliskan puisi ini buat kamu. Aku tidak pandai untuk membuatmu luluh, aku hanya mengikuti nuraniku saja, bacalah, apakah kamu paham dengan isinya.”
Luna membuka buku dan membacanya dengan perlahan, pikirannya melayang jauh, Seolah kata-kata Jo itu bagai sepasang sayap yang membawa Luna terbang mengitari semesta
“Kamu paham maknanya?.” Ucap Jonathan dengan menatap dua mata luna yang bulat, Luna hanya mengangguk pelan, pipinya yang ranum membuat Jonathan semakin berani untuk mengungkapkan perasaannya.
“Luna, aku mencintaimu.”
Seketika Luna terperanjat, tubuhnya lemas, detakan jantungnya semakin tak terkendali. Luna salah tingkah, hatinya begitu bahagia tidak menyangka kalau laki-laki pujaannya menyimpan rasa yang sama selama ini.
“Aku mencintaimu, Luna. Bolehkah aku membawa dirimu dalam hidupku? Aku ingin kamu menetap selamanya dalam hatiku,” Lirih Jonathan dengan nada begitu lembut, sorot matanya penuh dengan kepastian.
“A..aku..emh..” mulut Luna serasa terkunci, tidak bisa berkata apa-apa malam itu.
“Maukah?.”
Luna hanya menggangguk dan tertunduk perasaannya sangat tidak beraturan, lelaki itu langsung memeluk tubuh Luna dengan erat, kebahagiaan terpancar dari wajah mereka.
Jonathan adalah seorang siswa yang cerdas namun terkenal pendiam, sikap dinginnya justru sangat disukai para siswi di sekolahnya, apalagi dengan ketampanan Jo yang begitu menarik perhatian lawan jenisnya. Luna sempat cemas ketika sahabatnya mulai menaruh hati pada Jo, iya, Ratna, parasnya yang hitam manis dengan rambut lurus sebahu. Akhir-akhir ini Ratna selalu saja membicarakan Jo, Luna hanya menyimak saja karena semua sekolah tidak ada yang tahu kalau sebenarnya Luna dan Jo itu adalah sepasang kekasih, ini menjadi komitmen di antara mereka untuk menjaga keamanan sekolah saja.
Hingga pada suatu hari Ratna datang ke rumah Luna dengan membawa surat.
“Hai Lun, lagi sibuk nggk?.”
“Hai..biasa saja, tumben jam segini main ada apakah?”
“Lun aku butuh bantuanmu, kamu mau membantuku ‘kan?” Ucap Ratna sedikit memelas
“Bantu apa Na?.”
“Tolong kasih surat ini ke Jonathan, ya.”
Seketika Luna tersentak, tangannya gemetar dengan dada yang berdegup kencang.
“Surat apaan?.” Luna mencoba berpura-pura tidak tahu apa-apa.
“Aku sadar aku telah jatuh hati pada Jo, aku tidak bisa lagi menepis perasaan ini. Apapun jawaban Jo akan aku terima yang penting aku sudah jujur bahwa aku mencintainya, apakah aku salah?” Ucap Ratna sambil menyodorkan surat
“Iya, tidak ada yang salah ko, kenapa nggk langsung bicara saja sama Jo?.”
“Kamu kayak nggk tahu sifat dia saja, mana mau bergabung dengan kita di sekolah dia selalu sibuk membaca dan menulis tidak ada waktu untuk berbincang-bincang, tapi justru sikap dinginnya itu yang membuat aku tergila-gila padanya, Luna tolong aku, please!.”
“Iya nanti aku akan berikan sama Jo ya.” Jawab Luna dengan perasaan yang campur aduk
“Terima kasih Luna, kamu memang sahabatku yang paling baik.” Luna hanya tersenyum tanpa membalas apa-apa, pikirannya kacau, bagaimana jika Ratna tahu kalau Jo adalah kekasihnya.
Lalu tiba-tiba bel di rumah Luna berbunyi, Luna langsung membuka pintu dan betapa terkejutnya ketika melihat sosok yang ada dihadapannya.
“Jo..!”
“Hai Sayang.”
Luna menjadi salah tingkah dan gugup, kemudian Ratna menyusul dan dia sangat kaget melihat Jo di rumah Luna.
“Jo..! kamu di sini?.” Ucap Ratna sambil memandang wajah Jo yang terheran-heran
“Oh ada kamu Na, iya tadi habis jalan-jalan jadi mampir dulu kesini.’
“Masuk Jo.” Ucap Luna sambil mempersilahkan Jo untuk masuk kerumahnya.
“Tumben sore-sore main kesini Na?.” Tanya Jo mengawali percakapan
“Eh iya aku ada perlu sama Luna Jo.” Ratna terlihat kikuk
Percakapan ketiganya hanya meliputi kegiatan sekolah, Ratna begitu semangat berbincang dengan Jo dan terlihat sekali kalau Ratna begitu suka sama Jo, namun Jo begitu cuek sesekali hanya berbicara dengan Luna. Di tengah obrolan mereka, Ratna mulai menunjukkan bahwa dia akan mengutara sesuatu.
“Jo boleh aku katakana sesuatu?.’ Lirihnya terbata
“Apa Na?.” jawab Jo datar
“Sebenarnya aku suka sama kamu Jo, aku sudah lama menaruh hati padamu dan kali ini aku ingin mengtarakan cintaku di depan Luna, karena Luna tahu kalau dari dulu aku bersimpati padamu.”
“Apaaaaa…!” Mata Jo terbelalak “Kamu nggk salah orangkan Na?.”
“Nggk Jo, aku serius, aku suka kamu.”
“Na..aku minta maaf, aku hargai kejujuranmu tapi aku tidak bisa menerima kamu, maaf!.”
“Kenapa Jo, apa aku kurang cantik?.”
“Ada hati yang harus aku jaga Na.”
“Maksudnya kamu sudah punya kekasih, siapa dia Jo?.”
“Luna.”
“Whaaat…!.” Ratna memandang sinis sahabatnya, tergambar kekecewaan yang luar biasa dalam hatinya. “Luna, apa benar yang dikatakan Jo, jawab!.”
Luna hanya mengangguk dan tidak mampu menatap wajah sahabatnya, Luna tahu Ratna akan sakit hati mendengar ini.
“Aku kecewa sama kamu.” Ujar Ratna sambil berlari keluar dari rumah Luna.
Sementara hujan begitu deras Ratna terus menangis, Luna mencoba mengejarnya untuk memberikan pengertian kepada Ratna disusul oleh Jo, dan akhirnya Ratna hanya bersimpuh di tengah jalan di bawah guyuran hujan yang semakin deras, Luna berlari namun dari arah lain mobil box melaju dengan kencang, sontak menabrak tubuh Luna dengan keras hingga tubuh luna terpental sekitar 40 meter, kepalanya pecah dan tulangnya remuk. Jo dan Ratna yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak histeris, Jo langsung memeluk tubuh Luna yang sudah tidak utuh lagi. Luna meninggal di tempat kejadian.
Seminggu setelah pemakaman Luna, Jo menjadi orang paling depresi sehari-harinya dihabiskan untuk diam di depan rumah Luna, berharap pintu terbuka dan Luna memanggilnya. Kondisinya sangat berantakan, kedua orangtua Luna juga memutuskan untuk pindah dari rumah itu karena tidak sanggup untuk mengingat kenangan Luna. Dan Ratna, perempuan itu mengalami gangguan mental, setiap hari hanya memanggil nama Jo sambil membawa secarik kertas.
SELESAI
Arnita adalah seorang perempuan dengan dua anak yang lahir 15 juli di Bandung, kecintaannya terhadap dunia sastra telah melahirkan banyak karya dan tulisannya sudah tergabung di beberapa antologi puisi, cerpen, esai, pentigraf, quote. Sekarang masuk dunia photography.