Kabandung id. | Kegiatan Summer Camp With Difabel and Thalasemia (SCWDT) 5 kembali digelar di Sekolah Alam Pasir Madur Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Sabtu-Minggu (19-20/10/2024).
Sebanyak 300 peserta ikut serta dalam kegiatan rutin tersebut. Mereka pun terlihat ceria. Para peserta di antaranya dari Sekolah Luar Biasa di Desa Wangisagara Kecamatan Majalaya dan Desa Talun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Hadir pula para pegiat lingkungan yang membimbing anak-anak difabel saat pelaksanaan SCWDT.
Mereka pun menikmati sejumlah wahana yang ada di lokasi kegiatan SCWDT 5 tersebut, dengan didampingi oleh para pendamping atau pengasuhnya untuk tetap menjaga keselamatan dan kesehatan.
SCWDT yang sudah dilaksanakan ke-5 ini merupakan yang pertama kali dikemas di Jawa Barat khususnya, bahkan diperkirakan di Indonesia. Mengingat ada di antara luar daerah yang ingin melakukan studi tiru terkait pelaksanaan SCWDT yang dilaksanakan di alam terbuka tersebut.
Pelaksanaan kegiatan Road to SCWDT 5 Denni Hamdani mengungkapkan bahwa pihaknya tetap bergerak istiqomah bersama anak-anak istimewa (difabel) sejak 2017 SCWD 1 di Saung Monteng Kamojang. Dengan tema “Anak Indonesia Sadar Lingkungan”.
“Lalu 2018 SCWD 2 di Gunung Puntang dengan tema ‘Anak Indonesia Tanggap Bencana’, lanjut 2019 SCWD 3 di Lembah Manglayang dengan tema ‘Anak Indonesia Tangguh Bencana’. Terhenti sampai tahun 2022 akibat pandemi Covid 19, lalu bangun lagi 2023 SCWDT 4 dengan melibatkan juga anak-anak penyintas Thalasemia di Pasir Madur. Dengan tema ‘Anak Indonesia Cinta Pohon’,” kata Denni dalam keterangannya di lokasi SCWDT 5 Pasir Madur, Minggu (20/10/2024).
Denni mengatakan pelaksanaan SCWDT 5 di Pasir Madur dengan tema kekinian “Anak Indonesia Sadar Iklim” sebagai wujud kesiapan menghadapi krisis iklim dengan melakukan adaptasi perubahan iklim, terutama bagi mereka yang termasuk kelompok rentan.
Ia menyebutkan, “No one left behind” tidak akan terwujud dan hanya akan jadi sebuah slogan semata. “Tanpa adanya pioneer dan relawan yang tertatih-tatih dan bertahap mewujudkannya, satu langkah lebih bermakna dari sekedar diam, walaupun masih 1000 langkah lagi yang harus di jalani untuk mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Denni mengatakan bahwa kegiatan SCWDT ini berbeda dengan kegiatan camping ceria pada umumnya. “Karena melibatkan anak-anak istimewa, yaitu anak-anak berkebutuhan khusus disabilitas netra, disabilitas rungu. Pada kesempatan ini kita melibatkan disabilitas daksa,” katanya.
Ia mengatakan konsep pembelajaran saat ini adalah konsep pembelajaran di luar ruangan. Proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
“Mereka harus mengalami realitas langsung di lapangan,” ucapnya.
Menurut Denni, pelaksanaan SCWDT ini disesuaikan dengan isu global. Dimana adaptasi perubahan iklim, maupun dampak-dampak terjadinya bencana akibat perubahan iklim harus juga diantisipasi mereka.
“Termasuk kelompok rentan, di antaranya anak-anak difabel,” katanya.
Dikatakannya, poin pentingnya adalah pesan kepada para pemimpin negara, termasuk hari ini proses pergantian kepemimpinan nasional 20 Oktober 2024 ini
“Mudah-mudahan pesan-pesan yang disampaikan oleh anak-anak di Kabupaten Bandung ini menjadi isu yang bisa diduplikasi di wilayah lain. Ternyata respon kawan-kawan di Bekasi, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya. Mereka ingin mengadakan program seperti ini. Jadi alhamdulillah virus kegiatan ini sudah menyebar dengan sendirinya. Sebagian teman-teman dari Yogya turut hadir dan lain sebagainya,” tuturnya.
Lebih lanjut Denni mengatakan, berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada berupa pelaksanaan Pilbup maupun Pilgub, kesadaran para kandidat terhadap isu perubahan iklim ini menjadi suatu program nyata.
“Tidak hanya sekedar wacana. Karena dampaknya sangat luar biasa dari sisi kebencanaan, maupun dari sisi ekonomi. Perubahan iklim ini mengancam produktivitas pertanian karena daur hidrologi berubah, terjadinya juga gagal panen harus diantisipasi dengan teknologi,” ujarnya.
“Sekarang diharapkan apa yang menjadi ‘PR’ kedepan, menghadapi perubahan iklim dan adaptasinya seperti apa. Harus menjadi visi misi siapapun yang menjadi bupati maupun gubernur,” katanya.**