SEPASANG LENGAN (Sebuah Cerpen Karya Arnita)

- Penulis Berita

Senin, 21 Maret 2022 - 13:18

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aku merindukanmu Lin

Aku lalui tiga purnama tanpa sentuhanmu, kali ini ingin kucumbui bibirmu yang kenyal di bawah purnama. “Pernahkan kau rindukan itu, Lin?” Cintaku begitu meletup-letup. Keindahan lengkung alis dan ranum pipimu yang membuatku mabuk dalam asmaramu. Waktu begitu hebat mempermainkan kita, semesta yang kusangka bisa dalam genggaman ternyata hanyalah sebuah omong kosong yang berakhir dengan tragis. Pada akhirnya aku hanyalah seekor ular yang mendesis kehilangan mangsa, tapi hasratku tetap berkobar tatkala aku berfantasi memeluk tubuhmu yang sintal. “Lin, purnama yang kau beri belum mampu membuat tidurku lelap.”
Pada pertengahan hari di mana puncak matahari tepat di ubun-ubun, trotoar penuh deru dan gemuruh kendaraan yang sangat bising, lalu lalang para penjaja kaki dengan wajah dan pikiran yang berbeda. Aku berdiri tepat di bawah lampu kota, tempat percumbuanmu dengan remang lampu-lampu merkuri. Entah berapa orang mampu kau taklukkan, wajah para iblis yang dipenuhi aroma jalasutra. “Lalu cintaku menjelma apa?” apakah aku hanya dijadikan lelaki tolol yang selalu menjadi pendengar yang baik atas keluh kesahmu.?
“Aku sudah kehilangan makna cinta dalam jiwaku, semua hanyalah bualan semata” ucapanmu di sela kepulan asap yang pekat, bibirmu yang berkali-kali sempat kulumat dengan brutal kini semakin hitam, terpapar lintingan rokok dan minuman yang kerap memabukkan.
“Aku juga kehilangan Alin yang dulu, perempuan muda dengan rambut lurus yang terurai, jenjang leher yang begitu menggairahkan.Namun, takdir telah melenyapkan semuanya bahkan aku tidak mengenalmu.”
Percakapan dulu di suatu hari, ketika kesiur angin membawa pesan. kita duduk di kursi dan bangku yang sama tapi dengan pikiran yang entah. Ketika itu, aku sangat berharap untuk bisa melangkah bersama menciptakan cinta seindah surga. Dan lagi-lagi, ungkapan cintaku tak mengubah pikiranmu. “Cinta belum mampu membelikan permata dan gaun sutra yang penuh dengan manik-manik berharga.” Mendengar pernyataanmu aku undur diri dalam memuja cinta, kesalahan terbesarku adalah mempersembahkan cinta sejati pada orang yang salah.
Ah, lin, kini nafsumu telah menutup mata dan nurani, tidak ada yang lebih menggiurkan selain lembaran kertas yang bisa memenuhi segala hasratmu. Jalanmu salah Lin, mereka hanya datang untuk memuaskan birahinya setelah itu kamu dicampakkan.
“Aku tak peduli siapa lelaki yang membayarku, setelah mendapat uang aku puas. Aku lelah menjadi bualan orang-orang yang selalu memojokkanku, kali ini aku bisa membayar omongan mereka atau kalau perlu aku tutup mulut mereka dengan uangku.”
“Kamu sudah terlalu jauh melangkah Lin, kamu jangan sampai tersesat. Hidup tidak akan bertahan sampai seratus tahun, kita harus pulang dengan membawa diri dalam bersih” suaraku begitu parau, ada segelintir duka yang menyesakkan dada.
“Pergilah..! aku tidak ada waktu untuk mendengar ocehanmu, semuanya terlambat. Aku sudah masuk dalam dunia hitam jangan lagi mempersembahkan cinta padaku, itu akan sia-sia dan aku tak membutuhkan cinta dalam hidupku.”
“Kamu salah Lin, tidak ada keterlambatan dalam memperbaiki hidup. Jika mau, kembalilah pada pelukanku tinggalkan duniamu. Sepasang tanganku masih setia menanti pelukanmu” cintaku memang gila, penolakan yang selalu Alin lakukan tidak mampu mengubah tekad dan perasaanku.
Seketika suasana sunyi, hanya terdengar hembusan napas berat dari mulut yang bergincu itu. Kepulan asap semakin pekat, matanya tak seteduh dulu. kini, hanya ada mata penuh amarah sesekali air mata itu jatuh. Aku tahu, Alin bukan perempuan serendah itu, keadaan yang memaksa dia untuk terjun menjajakan diri di bawah lampu-lampu remang, sialnya lagi Alin semakin menikmati hasil pekerjaan itu walaupun itu sebenarnya bukanlah kemauannya.
“Apakah cintamu mampu menutupi segala kebutuhanku, memperlihatkan sama orang-orang kalau aku bukan lagi perempuan miskin, membelikan segala barang-barang yang serba lux? Jika bisa, aku akan mengabdikan hidupku padamu.”
“Cintamu bersyarat Lin, aku memang belum bisa memberikan semua yang kamu inginkan, andaipun aku mampu memenuhi syaratmu. Bagaimana jika kelak aku tak mampu lagi memenuhi segalanya toh mungkin kamu akan tetap pergi.”
“Kamu pintar…! Alin memperlihatkan wajah yang begitu memuaskan, aku tahu cinta yang ia pendam belum mampu melupakan aku. “Rey..lupakan aku, kamu tidak pantas mencintai perempuan yang selalu bercumbu dengan puluhan lelaki berhidung belang, hidupmu terlalu berharga untuk mendapatkan cinta dariku, kamu juga bisa menikmati hasratmu kapan saja. Aku tidak mematok harga, harga teman saja” ucapannya sambil tertawa, aku tahu, Alin sedang membohongi dirinya sendiri.
“Bukan itu yang aku mau Lin, cinta yang sebenar-benarnya cinta. Aku bisa saja mencari perempuan lain, mencoba menata hidup dengan karakter yang berbeda. Tapi apakah itu akan membuatku nyaman? Apa tidak melawan nurani sendiri? Aku rindu menghabiskan waktu semalaman denganmu, menikmati cahaya purnama dan mengikat janji. Masih ingatkah, aku paling payah dalam melawanmu ketika meminum arak. Sekali teguk kepalaku langsung pusing. Aku memang payah! Tapi, aku berusaha untuk tetap terjaga. ketika kamu mabuk, aku harus pastikan kamu baik-baik saja sampai tiba di kamarmu. Itu yang selalu aku lakukan walau sering sekali kamu mengganggap aku lelaki payah.”
Air mata itu tak mampu lagi dibendung, tetesannya pelan kemudian deras melewati sepasang pipi yang merah merona, kali ini matanya begitu sendu ada kelukaan yang dahsyat tergambar dari pandangannya.
“Rey, kita akhiri segalanya jangan lagi menghubungiku. Kita akan berjalan pada arah yang berbeda, percayalah..kamu akan melupakan aku seiring berjalannya waktu. Hiduplah dengan sebaik-baiknya hidup. Hidupku sudah hancur, aku tak mau jika hidupmu ikut berantakan” suaranya begitu lirih ditengah isak tangis, dadanya remuk pikirannya begitu kacau. “ hanya satu permintaanku saat ini, lupakan dan tinggalkan aku.”
Jawabanya begitu menyesakkan, dadaku berdegup dengan kencang. Marah, kecewa dan sakit hari, tubuhku seketika lemas tanpa tenaga sementara perempuan yang berdiri di depanku tak lagi mau memberikan cahayanya untukku, dengan berat dan terbata aku mencoba untuk mengungkapkan pesan, semoga menjadi pengingat paling kekal dalam hidupnya.
“Baiklah Lin, jika itu membuat hidupmu tenang akan kulakukan. Aku tidak akan pernah lagi menghubungimu atau sekedar bertanya kabar. Semoga waktu memberikanku kesempatan untuk terus berjalan sendiri. Satu hal yang perlu kamu ingat, kita tidak bisa melawan kodrat Lin, sekarang begitu antri lelaki untuk merasakan kenikmatan tubuhmu, seiring berjalannya waktu. Kita akan beranjak tua. Dan, ketika itu jika kamu sudah tidak mampu lagi menjadi selir bagi para hidung belang, sepasang lenganku masih tetap menunggumu.”
Akupun bergegas untuk pergi tanpa pamit, meninggalkan perempuan di bawah lampu dengan terik matahari yang menyengat. Tidak lagi terdengar isak tangis dan hembusan napasnya. Setiap langkahku adalah doanya, jangan menengok! Aku berusaha untuk terus berjalan tanpa harus melihat ke belakang.

SELESAI

 

Arnita lahir 15 juli di Bandung, ketertarikannya dengan dunia sastra di sukai sejak SMP dan karya-karyanya telah tergabung di beberapa antologi puisi, cerpen, esai, fiksimini, quote, pentigraf. Tulisan opini, esai dan artikelnya telah dimuat di beberapa media cetak dan elektronik, buku tunggalnya berupa novelet dengan judul Kopi Terakhir di Rotterdam dan Perempuan Venus. Di sela kesibukannya sebagai seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak ini juga selalu menyempatkan diri untuk masuk ke dunia fotography. Untuk terhubung di media social bisa lewat FB. Arnita IG. Kidung_arnita email. arniitakusmana@gmail.com.

Berita Terkait

*Cetar Ada SMS Bikin Heboh di Bandung Selatan*
Gelar Seni Budaya Tolak Peredaran Narkoba
Menciptakan Surga di Hamparan Kebun Teh Kertasari Estate
MENGENAL SOSOK REVA YULI ANJANI, PENARI JAIPONG DARI DESA TARUMAJAYA
PUISI/SAJAK
CERPEN
Cerita Pendek
TUJUAN

Berita Terkait

Jumat, 7 Februari 2025 - 04:28

Sosialisasi Tugas Pokok dan Fungsi Koordinator Naskah Kuno Kabupaten Bandung 

Kamis, 6 Februari 2025 - 13:39

Terima Audiensi Guru Honorer dan Penjaga Sekolah, Komisi D DPRD Dudi Mustopa: Kami Akan Memperjuangkannya Masuk PPPK

Kamis, 6 Februari 2025 - 00:42

Ketua DPRD Renie Rahayu Fauzi: Kami Akan Memperjuangkan Guru Honorer Masuk PPPK

Kamis, 23 Januari 2025 - 15:11

Sukseskan Program MBG, Dinas Pendidikan Gelar Evaluasi dan Penilaian Sertifikasi UKS

Kamis, 23 Januari 2025 - 14:56

Kang Asray: “Berharap 2025, Tidak Ada Lagi Ijazah Tertahan di Sekolah, Sanjung Program Bupati Bandung Inovatif”

Kamis, 23 Januari 2025 - 10:37

Asep Juarsa: Pembagian Ijazah Kepada Para Siswa Bentuk Kepedulian Nyata Bupati Bandung

Sabtu, 11 Januari 2025 - 14:40

Anugerah Literasi Leksam Bedas Tingkat SMP/MTs Digelar di Kabupaten Bandung

Jumat, 27 Desember 2024 - 07:11

Pastikan Pelayanan Pendidikan Lebih Bedas, Bupati Bandung Lantik Kadisdik Definitif

Berita Terbaru