CIUMAN TERAKHIR

- Penulis Berita

Sabtu, 7 Mei 2022 - 00:07

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

     Malam ini, aku memutuskan untuk keluar rumah sekedar menghirup udara yang menyusup sampai tulang belulang. Pikiranku kacau, mataku hanya menangkap bayangan dari lampu-lampu merkuri seraya memandang beberapa pejalan kaki di bawah pancuran Zahringer di Kramgasse. Kursi-kursi panjang itu berderet tanpa penghuni, sebagian dari mereka memilih untuk menghabiskan malam bersama keluarganya atau kencan dengan pasangannya lalu menikmati seteguk Red Wine. Aku hanya duduk di kursi paling pojok menikmati suasana tanpa riuhnya orang-orang yang lalu lalang. Waktu menunjukkan jam 02.15 menit, aku masih saja duduk dan terdiam. Teringat kembali pertengkaran hebat yang terjadi beberapa jam yang lalu, dia memang perempuan yang keras kepala. Aku selalu kalah adu argument karena dia lebih pintar menghakimi segala perlakuanku.
Tiga bulan ini kanker yang dideritanya telah menyebar dengan ganas, merusak struktur otak dan menjalar ke lambung juga pankreasnya. Berat badannya menyusut, dia seperti anak kecil yang sedang tertidur meringkuk di atas kasur dengan ukuran 120 x 200 cm. Wajahnya sangat tirus, kelopak matanya cekung dengan arsir tulang wajah yang menonjol. Perempuan yang aku nikahi tiga tahun yang lalu ketika ia sedang aktif menjadi jurnalis di salah satu majalah yang cukup terkenal di Kota Kramgasse. Dia perempuan yang cerdas dan punya pendirian yang tegas, aku jatuh cinta ketika kami bertemu di gereja The Cathedral of Bern, bangunan dengan gaya arsitektur gotik. Pertemuan yang tidak disengaja itu membuat kami lebih intens dan selalu menghabiskan waktu bersama.
Pada suatu sore kami membuat janji untuk bertemu dan menikmati secangkir kopi di sebuah cafe yang sederhana, dia datang dengan busana kasual, celana jeans yang sobek juga mantel tebal yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus, sungguh, aku terpana memandang kecantikannya yang serupa bidadari. Sepasang mata itu telah menghipnotisku dan aku tertegun sesaat ia menghampiriku.
“Sore, Jhon. Maaf aku sedikit terlambat ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,” suaranya begitu halus dengan nada sedikit manja.
“Selamat sore, Aline, aku sudah memesan kopi kesukaanmu. Duduklah dan nikmati kopimu.”
“Thank’s, Jhon.”
“Aline, aku mulai jatuh cinta padamu, maukah kamu menghabiskan sisa umurmu bersamaku? Menua bersama?” bibirku bergetar, ada degup jantung yang tidak kupahami. Hanya saja perasaan terus saja mendorongku untuk mengungkapkan segalanya, aku sudah siap dengan jawaban Aline.
“Apakah kamu serius, Jhon?”
“Ya, dan aku akan segera melamarmu.”
Setelah percakapan itu akhirnya Aline menerima lamaranku dan beberapa bulan setelahnya kami memutuskan untuk menikah dan membeli rumah mungil di pinggiran kota. Hidup kami berlangsung dengan sangat bahagia, sampai suatu hari Aline ditugaskan ke luar kota untuk meliput beberapa informasi terkait bencana. Hampir dua pekan Aline menetap di kota itu tanpa saling bertukar kabar karena jaringan sinyal begitu buruk. Aku sempat khawatir karena di awal keberangkatan kesehatan Aline sedang menurun, namun dia adalah perempuan yang keras kepala, sungguh aku tidak bisa melarangnya pada waktu itu.
Akhirnya Aline pulang, kesehatannya begitu memburuk. Dia mengidap kanker otak stadium satu, aku sangat kaget dengan hasil lab yang dokter berikan. Aku menyuruh Aline untuk berhenti dari pekerjaannya, toh aku juga masih mampu untuk membiayai hidupnya. Namun, lagi-lagi Aline menolak, ia ingin tetap bekerja dan selalu meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti keinginannya. Selama itu Aline terlihat biasa saja, hanya perlu kontrol yang rutin untuk melihat perkembangan kesehatannya.
Pada suatu hari, tanpa sengaja ketika aku pulang bekerja aku melihat Aline bersama lelaki setengah baya dengan perut yang buncit, wajahnya sangat beringas dengan kumis tebal dan mata yang elang. Aku memerhatikan gerak- gerik mereka di sebuah restoran, ada pemandangan yang memuakkan ketika kusaksikan Aline bercumbu mesra dengan lelaki tua itu. Saat itu, tubuhku terasa lemas dan bergetar, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Naluri lelakiku memberontak dan aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku, aku langsung bergegas menghampiri kedua pasangan itu dengan penuh amarah.
“Aline …!”
Mereka tersentak, mata Aline begitu terbelalak.
“Siapa dia, siapa …?” Aku berteriak dengan sangat histeris hingga lelaki tambun itu berlari menuju mobilnya dan segera melaju dengan cepat.
“Di … dia Erisman, Jhon. Dia atasanku,” Aline menjawab dengan nada gemetar.
“What …? Jadi selama ini kamu bekerja dengan dia dan kalian berhubungan seperti ini?”
“Bukan begitu, Jhon. Dengar dulu penjelasanku.”
“Tidak, Aline, mataku sudah cukup memberikan penjelasan dengan pemandangan menjijikan itu,” Aku langsung pergi dan meninggalkan Aline seorang diri. Dadaku sesak, aku tidak percaya dengan penghianatan yang Aline lakukan selama ini.
Sesampainya di rumah kurebahkan tubuhku di tempat tidur, masih terbayang perlakuan Aline terhadap laki-laki itu, sungguh ini membuat aku merasakan patah hati yang luar biasa. Dinding-dinding sepi dengan atap yang senyap semua seolah memperhatiakan tingkahku yang menangis dan berbicara sendiri. Tak lama kemudian, terdengar pintu berderit, aku melihat sosok perempuan dengan wajah cemas dengan kedua matanya yang sembab. Aku menangkap kegelisahan yang hebat.
“Jhon, kamu boleh membenciku tapi dengar dulu penjelasanku,” suaranya serak diiringi dengan sedu sedan yang tersumbat di rongga tenggorokannya. Sementara aku hanya duduk terdiam menatap jendela.
“Erisman adalah atasanku, aku tahu aku salah, Jhon. Aku coba mendekati dia karena aku takut kalau posisiku tersingkirkan, aku tidak mau kehilangan pekerjaanku. Ketika itu, Erisman menawarkan sesuatu yang awalnya aku tidak percaya. Dia menawarkan aku untuk jadi simpanannya agar posisiku tetap aman, aku tahu, aku sudah menangguhkan harga diriku demi sebuah pekerjaan.”
“Kamu pikir aku akan percaya dengan alasan klisemu, Aline?”
“Terserah Jhon, kamu mau percaya atau tidak yang pasti aku sudah berkata dengan jujur, sekarang kamu sudah tahu alasan aku mendekati Erisman. Dan aku serahkan padamu kita mau bagaimana.”
“Tinggalkan laki-laki itu dan kamu berhenti dari pekerjaanmu, maka aku akan memaafkanmu.”
“Baiklah, Jhon. Aku akan segera mengurusnya.”
Semenjak saat itu Aline banyak menghabiskan waktu di rumah, menyiapkan sarapan, menanam bunga dan menjadi istri yang baik sampai kankernya terus menggerogoti ketahanan tubuhnya. Aline sering merasakan sakit kepala yang hebat dan mendadak pingsan, beragam pengobatan telah dijalaninya sampai pada pengobatan herbal. Namun akhir-akhir ini kesehatan Aline semakin memburuk. Fisiknya telah berubah, daya ingatanya juga semakin berkurang sampai malam ini kami bertengkar hebat karena aku mendapatkan paket bunga atas nama Erisman. Aku kalap, kesakitan yang dulu terasa lebih menyakitkan lagi, Aline mengelak bahwa dia masih berhubungan dengan Erisman. Namun aku tidak percaya karena tiba-tiba lelaki itu mengirim ucapan mesra dengan rangkaian bunga yang mewah.
Malam ini, setelah pertengkaran hebat aku memilih untuk menepi dan keluar dari rumah, aku melihat tubuh Aline yang meringkuk dengan kedua mata digenangi air yang bermuara. Aku cium keningnya dan mengucapkan selamat tinggal, dia tahu, itu adalah ciuman terakhirku sebelum aku melangkah jauh.
***

 

 

Penulis:

Arnita, lahir 15 Juli di Bandung. Tulisannya telah tergabung di beberapa antologi puisi, cerpen, esai, pentigraf, fiksimini, soneta. Tulisannya telah dimuat di media cetak dan elektronik. Untuk terhubung di akun sosialnya bisa lewat FB: Arnita, IG: @Kidung_arnita dan email: arnitakusmana@gmail.com
no. Hp: 081214093646

Berita Terkait

*Cetar Ada SMS Bikin Heboh di Bandung Selatan*
Gelar Seni Budaya Tolak Peredaran Narkoba
Menciptakan Surga di Hamparan Kebun Teh Kertasari Estate
MENGENAL SOSOK REVA YULI ANJANI, PENARI JAIPONG DARI DESA TARUMAJAYA
PUISI/SAJAK
CERPEN
Cerita Pendek
TUJUAN

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 10:05

Desa Rancamanyar Laksanakan Musdes Penataan Desa

Rabu, 12 Maret 2025 - 21:30

Bupati Bandung Dadang Supriatna Jabat Ketua Umum Asosiasi Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi

Rabu, 12 Maret 2025 - 13:32

Ini Penjelasan Kadis PMD Tata Irawan Soal Wacana Pemekaran Desa di Kabupaten Bandung

Rabu, 12 Maret 2025 - 13:27

DPMD: Hasil Kajian 14 Kecamatan, 127 Desa, dan 8 Kelurahan di Kabupaten Bandung Layak Dimekarkan 

Senin, 10 Maret 2025 - 13:26

Di Cicalengka, Kadis PMD Tata Irawan Sampaikan Paparan Arah Kebijakan Penataan Desa

Senin, 10 Maret 2025 - 10:50

DPMD Tata Irawan: Sosialisasi Arah Kebijakan Penataan Desa Dengan Sasaran Pemekaran Desa

Jumat, 7 Maret 2025 - 16:54

Bupati Bandung: Pembangunan Fly Over Jalan Rancaekek-Majalaya Sudah Diusulkan ke Provinsi Jabar

Jumat, 7 Maret 2025 - 16:49

Kang Ali Syakieb Tegaskan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba Kejahatan Luar Biasa 

Berita Terbaru

BEJAKEUN

Desa Rancamanyar Laksanakan Musdes Penataan Desa

Rabu, 16 Apr 2025 - 10:05